Sunday, April 19, 2009

Pertandingan Bola Keranjang


Dear mbah dukun,
Sebelumnya Ayam udah pernah masukn artikel tentang bola keranjang ini, tapi Ayam takut kalau mbah gak ngerti. Karena Ayam tau kalau mbah dukun sangat kampungan (orang yang tinggal di kampung dan punya style seperti anak kampong. ^^), jadi Ayam mau deskripsiin apa itu pertandingan bola keranjang.

Jadi bola keranjang adalah BUKAN permainan orang bawa bola di dalam keranjang, ataupun banyak-banyakan bola yang disusun dalam keranjang, ataupun melatih skill berjualan bola dalam keranjang. Permainan bola keranjang (kalo kata orang sini mah, basket ball atau bola basket) adalah permainan dimana masing-masing orang memperebutkan bola dan memasukkan bola tersebut ke dalam keranjang. Tapi perebutan bola ini bukan dilakukan dengan adu jotos, melainkan dengan strategi oper-mengoper bola. Begitu, mbah! Jadi hari ini itu, di kerajaan Nangornia bertandinglah keempat desa dalam pertandingan bola keranjang tersebut. Masing-masing perwakilanny mengirimkan petarung-petarung terbaik dari desanya. Desa 06 melawan desa 07 dan desa 05 melawan desa 08. Dalam pertandingan ini, mereka membagi tim mereka. Ada tim bapak-bapak dan tim ibu-ibu.

Pagi harinya, tim bapak-bapak 06 dan 07 lah yang mendapatkan giliran pertama. Di awal-awal pertandingan, tim 07 memasukan banyak bola ke dalam keranjangnya tim 06. Bapak-bapak tim 06, sepertinya masih agak kurang kompak. Mungkin harus lebih banyak belajar lagi dalam segi kekompakannya. Tim 07, meskipun merupakan junior dari tim 06, mereka mempergunakan banyak kesempatan dengan baik. Dewi Sandra, eh, dewi fortuna, di babak-babak awal sepertinya menyertai tim 07. Terlihat sekali, betapa tidak beruntungnya tim 06 kali ini. Banyak sekali kesempatan-kesempatan yang mereka dapatkan namun, bolanya bolak-balik hanya mencium bibir ring. Keadaan semakin panas, di kuarter awal, tim 06 sempat tertinggal 9 poin. Pada kuarter-kuarter selanjutnya, bapak-bapak dari tim 06 semakin panas. Ada apa dengan tangan mereka? Apakah sebelum bertanding mereka belum cuci tangan? Ingat pesan Cabe Keriting, jangan lupa cuci tangan! Persaingan semakin ketat. Tim 06 membawa sebedol desa warganya yang dikoordinir oleh kepala sukunya untuk mendukung timnya. Para warga tersebut memberikan dukungan meriah untuk pahlawan-pahlawannya yang bertanding. Lama-lama tim 06 berhasil memperkecil beda skor mereka dengan selisih 5 poin di kuarter kedua. Di kuarter ketiga, suasana tambah memanas. Ketertinggalan mereka hanya 3 poin lagi. Ada 1 petarung dari 2006 yang menjadi pahlawan dalam pertandingan ini, ia pemain dari negeri seberang yang sudah tercatat menjadi WDA (Warga Desa Asli) 2006. Ia memberikan tembakan-tembakan terbaiknya dan menjadi penyelamat. Akhirnya desa 2006 berhasil menyusul ketertinggalan mereka di menit-menit terakhir dan akhirnya waktu habis dengan skor 34-30 untuk kemenangan 2006.


Pertarungan selanjutnya dimainkan oleh ibu-ibu dari desa 2005 vs desa 2008. Ibu-ibu dari desa 2005 merupakan juara tahun lalu yang tak terkalahkan dan selalu membuat jarak skor yang jauh dengan lawannya. Begitupun juga hari ini. Mereka tetap tidak terkalahkan dan ibu-ibu dari desa 2008, yang mungkin baru pertama kali bertemu dengan mereka, tidak bisa memecahkan ‘telor’ atau nilai nol-nya. Keluarlah ibu-ibu 2005 sebagai pemenangnya dengan skor 26-0. Padahal mereka belum latihan sebelumnya.

Setelah ibu-ibunya, bapak-bapak dari desa 05 dan 08 bertarung untuk memperebutkan kemenangan. Namun, Ayam tidak begitu menonton pertandingannya. Nasib bapak-bapak 05 berbeda 180⁰ dengan ibu-ibu 05. Kali ini gantian, mereka yang tidak bisa memecahkan telor yang dibuat oleh 2008. Skor akhir adalah 0-24 untuk desa 08.
Di pertandingan akhir, ibu-ibu dari desa 06 bertemu dengan ibu-ibu desa 07. Di sini pertandingan yang terjadi tidak berbeda pada dengan bapak-bapak yang berasal dari desa yang sama. Pertandingan berlangsung ketat. Pencetak skor pertama adalah ibu-ibu dari 07. Skor itu tercetak karena kesalahan dari ibu-ibu 2006 sendiri yang menyenggol ibu-ibu 2007 alias foul. Nah, lucunya, skor pertama yang dihasilkan oleh 2006 pun begitu. Desa 2007 melakukan kesalahan yang sama. Setelah itu, pertandingan berjalan seimbang. Ibu-ibu dari desa 2006 memiliki pertahanan yang kuat begitu juga dengan ibu-ibu dari 2007. Akhirnya, skor akhir pada kuarter keempat seri, 3-3. Setelah itu, panitia pertandingan mengumpulkan kapten dari masing-masing desa untuk merembukkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Akhirnya keputusannya akan dilakukan ‘pinalti’ yang bedanya gak ada kipernya. Padahal kesepakatan ini tidak ada sebelumnya dalam Technical Meeting. Manajer 2006 pun sempat sedikit marah dengan keputusan ini.

Masing-masing desa mendapatkan kesempatan sebanyak 3 kali untuk memasukan bola tanpa ada gangguan. AKHIRNYA, baru dengan cara inilah bisa keluar pemenangnya. Dua orang Petarung dari desa 2006 berhasil memasukan bola mengalahkan 1 orang petarung dari 2007. Keluarlah ibu-ibu dari desa 2006 sebagai pemenang dengan skor 5-4.

Sekian laporan dari Ayam Bakar kali ini. Semoga mbah dukun bisa mendapatkan inspirasi untuk membuat pertandingan lomba keranjang di kampung halaman kita.

Comments :

1

ayo "bola keranjang" 06,, smangat!!
trutama yg cewe,,
gw ketawa (mnertawakn diri sndiri) klo inget skor kmrn.
malu jg..
kata cowo2,, skor qt ky futsal.

N (cowo): skorny brp?
A (cewe, sbg penonton): 3-3
N: ooo.. 33-0?
A: bukan. 3-3
N: hah?! ky futsal (dgn muka cengo & g prcaya).
hehehe..

icha-marissa said...
on 

Post a Comment

Boleh komen..tapi gak rusuh ya..
Jangan anonymous ya...
kalo anyonymous gak bakal di-approve comment nya..